Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengungkap saat ini Indonesia kesulitan mengimpor beras. Ia mengatakan, sekarang tidak gampang mendapat beras impor padahal banyak negara yang telah menawarkan. Namun, dari banyaknya negara itu, banyak juga dari mereka di tengah tengah perjalanan, membatalkan kontraknya.
Menurut dia, hal ini karena sekarang Eropa ikut membeli beras juga sebagai dampak dari pembatasan gandum. "Eropa belinya lebih tinggi (nilainya) daripada kita," kata Febby dalam diskusi bertajuk Pelayanan Publik Dalam Kebijakan Perberasan Menjelang Tahun Pemilu 2024, Jumat (17/11/2023). Saat ini, kata Febby, Indonesia sedang banyak mengimpor beras dari Vietnam. Lalu, diungkapkan bahwa RI baru saja kedatangan beras impor dari Thailand, Pakistan, dan Kamboja.
Hadiah BWF World Tour Finals 2023 Wakil Indonesia: Jojo Full Senyum, Modal Nikah Kembali Halaman 3 Tata Tertib dan Ketentuan Pakaian SKB CAT CPNS Kemdikbud 2023, Dimulai pada 18 Desember 2023 Hasil Klasemen Liga Inggris: Manchester City Terpeleset, Arsenal dan Liverpool Umbar Senyum Halaman all
Melihat Pohon Buah Langka di Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman Dana Ganti Untung Tol Semarang Demak Cair, 22 Warga Genuk Semarang Jadi Sultan Jepang Hibahkan Kapal Patroli Senilai 9,53 Miliar Yen untuk Indonesia
"(Jumlahnya) sedikit banget paling 5.000 10.000 ton yang bisa masuk dari Thailand sekarang. Mudah mudahan awal tahun Vietnam panen bisa juga dapat," ujarnya. Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menyatakan, sebanyak 1 juta ton beras impor akan masuk ke Indonesia pada akhir tahun 2023. Beras yang diimpor ini termasuk dalam tambahan penugasan dari pemerintah sebanyak 1,5 juta ton guna memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP).
Iqbal bilang, beras impor tersebut berdasarkan kontak yang dihasilkan Bulog bersama negara importir yaitu Vietnam, Thailand, Myanmar dan Pakistan. "Yang jelas sudah kontrak dengan supplier. Terkontrak 1 juta ton," kata dia. Sebelumnya Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan bahwa dari tambahan kuota impor sebanyak 1,5 juta ton dari pemerintah ini hanya bisa direalisasikan sebanyak 1 juta ton saja.
Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dalam proses importasi tersebut mulai dari proses penyiapan komoditasnya maupun kebutuhan kapal untuk angkutan dari negara pengirim "Yang bisa kita realisasikan hanya yang terkontrak tahun ini saja. Kita sudah berhasil kontrak sebanyak 1 juta ton, sisanya yang 500 ribu ton tidak bisa carry over karena carry over hanya bisa untuk yang terkontrak tahun ini saja," ujar Budi Waseso. "Dengan tambahan kuota impor ini stok Cadangan Beras Pemerintah yang dikuasai Bulog jumlahnya sangat aman sampai dengan tahun depan," sambungnya.