Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi di sektor hulu migas tercatat sebesar 5,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di semester I 2023. Jika dikonversi ke dalam rupiah, angka tersebut setara dengan Rp 85,4 triliun (asumsi kurs Rp14.990 per dolar AS). Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan, angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 4,7 miliar dolar AS.
Namun, angka tersebut masih jauh dari target hingga akhir tahun yang dipatok Rp 15,54 miliar dolar AS. "Dari sisi investasi, tahun lalu di semester I 2022 4,7 miliar dolar AS. Target tahun ini 15,54 miliar dolar AS. Dan realisasi di tahun ini 5,7 miliar dolar AS," ucap Nanang di Wisma Mulia Jakarta, Selasa (18/7/2023). Sementara dari sisi penerimaan negara, sektor hulu migas telah memberikan kontribusi negara sebesar 6,75 miliar dolar AS.
Drawing 16 Besar Liga Champions: Real Madrid vs Man City dan Arsenal vs Barcelona Jadi Hal Mustahil Halaman all Shio Paling Hoki Besok Rabu 13 Desember 2023: Kelinci Banjir Cuan, Babi Dapat Mukjizat Hadiah BWF World Tour Finals 2023 Wakil Indonesia: Jojo Full Senyum, Modal Nikah Kembali Halaman 3
Chat Viral Karyawan Vs Bos yang Tak Bolehkan Cuti Sakit Tanpa Surat Dokter, Begini Endingnya Hasil Klasemen Liga Inggris: Manchester City Terpeleset, Arsenal dan Liverpool Umbar Senyum Halaman all Ditargetkan hingga akhir tahun penerimaan negara mampu mencapai 15,88 miliar dolar AS.
Bila dilihat lebih detail, penerimaan negara sektor hulu migas lebih rendah dibandingkan periode di tahun sebelumnya yang sebesar 9,7 miliar dolar AS. "Ini kenapa? Salah satunya adalah perbedaan asumsi APBN dengan realisasi. Asumsi (di APBN) kita 90 dolar AS per barel. Sedangkan realisasi di 75 dolar AS per barel. Ada deviasi antara asumsi APBN dengan realisasi rata rata sampai semester I 2023," bebernya. Untuk kinerja produksi minyak siap jual atau lifting per 30 Juni 2023 baru mencapai 615,5 ribu barel oil per day (BOPD).
Nanang mengatakan, raihan lifting minyak pada semester I 2023 belum mencapai target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Diketahui, target yang ditetapkan dalam APBN 2022 yakni sebesar 660 ribu BOPD. "Target lifting minyak target 2023 adalah 660 ribu bopd, dan target di semester I 2023 adalah 618,7 ribu BOPD. Realisasi 615,5 ribu BOPD," ucap Nanang di Wisma Mulia Jakarta, Selasa (18/7/2023).
Nanang membeberkan alasan terkait rendahnya realisasi lifting minyak di dalam negeri. Hal ini terdampak sejumlah faktor, mulai dari tertundanya eksekusi investasi pengembangan bisnis, hingga adanya kecelakaan kerja yang terjadi pada awal tahun ini. Serta, ditemukannya rig atau alat pengeboran di sejumlah wilayah kerja, yang dinilai sudah tidak laik pakai.
Sederet faktor tersebut menjadikan tantangan dalam capaian target lifting minyak di Tanah Air. "Beberapa pekerjaan investasi tertunda pengembangan. Di PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di awal tahun ada insiden, kemudian dilakukan safety stand down," jelas Nanang.