Selain mencukupi kebutuhan nutrisi anak, keberadaan mandi, cuci, kakus (MCK) ternyata punya kaitan erat dengan stunting. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy dalam Gebyar Keluarga Balita (BKB) untuk 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang diadakan di kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta. Ia pun ungkapkan contoh kasus saat berkunjung ke pulau komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pulau Komodo miliki ikan ikan segar yang tidak terkontaminasi cemaran dari lautan. Ikan laut diketahui punya protein hewani yang tinggi dan sangat bagus untuk tumbuh kembang anak. Namun, masih tidak adanya MCK di tengah masyarakat membuat angka stunting masih tinggi.
Efek Aksi Boikot Produk Pro Israel, Starbucks Rugi Rp186 T, PHK Karyawan & Tutup Belasan Gerai Halaman 4 Pakai Bahasa Italia, Bek Timnas Filipina Sukses Tukar Jersey dengan Radja Nainggolan usai Laga Bhayangkara FC Vs Persita Bolasport.com Jurusan S2 Universitas Terbuka dan Biaya Kuliahnya
Hadiah BWF World Tour Finals 2023 Wakil Indonesia: Jojo Full Senyum, Modal Nikah Kembali Halaman 3 Drawing 16 Besar Liga Champions: Real Madrid vs Man City dan Arsenal vs Barcelona Jadi Hal Mustahil Banjarmasinpost.co.id Hasil Klasemen Liga Inggris: Manchester City Terpeleset, Arsenal dan Liverpool Umbar Senyum Halaman all
"Pulau Komodo ada desa yang angka stunting nya walau pun dekat ikan laut yang banyak, tapi sangat tinggi. Setelah saya tanya ternyata dari 600 lebih kepala keluarga (KK), sebanyak 84 KK tidak punya jamban," ungkapnya di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Tidak punya MCK atau jamban, masyarakat lebih memilih untuk buang air besar di luar. "Di laut, sambil ngasih makan ikan. Ikan juga dikasih makan, ditangkap, dimakan lagi. Dan ternyata itu banyak cacing yang berkeliaran. Dan itu kemudian bisa membuat anak anak di sana cacingan," tegasnya.
Artinya, kata Muhadjir penanganan stunting tidak hanya soal gizi. Tapi juga berkaitan dengan kebersihan, sanitasi hingga ketersediaan air bersih. Lebih lanjut, Muhadjir pun ungkap kenapa masih ada masyarakat yang tidak memiliki jamban.
Salah satunya karena keterbatasan air di tengah tengah masyarakat. "Karena itu daerah selama ini harus beli airnya, beli tidak tanggung tanggung, harus ke Labuan Bajo. Satu dirigen kecil itu Rp 6 ribu. Itu salah satu kenapa kemudian tidak punya jamban," jelasnya. Kalau pun ada MCK umum dalam kondisi bagus, namun tidak juga terpakai. Keterbatasan air lagi lagi jadi penyebabnya.
"Saya tanya kenapa tidak dipakai? Karena airnya beli. Belum ada gambaran air itu tidak selalu air bersih, air laut bisa kalau sekedar itu (bilas buang air). Bahkan bagus karena ada kandungan garam, bakteri mungkin bisa mati," tutur Muhadjir. Oleh karena itu, ia pun mengimbau para wisudawan Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) dari kelas BKB tentang Pengasuhan 1.000 HPK bakal menyebarkan edukasi pada masyarakat. "Tugas dari wisudawan harus menjadi kader keluarga berencana yang memahami detail melayani masyarakat. Menjadi ibu dan bapak pembelajar. Masih banyak sekali pengetahuan yang harus dikuasai oleh warga," tutupnya.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.