Baru baru ini muncul subvarian baru Covid 19 yaitu EU.1.1 di Eropa. Subvarian ini merupakan turunan dari XBB.1.5 yang mendominasi dunia. Namun terkait keberadaan subvarian ini, Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman tekankan pencegahan mengungkapkan belum melihat ada potensi perburukan.
Hanya saja kata Dicky, memanf kemampuan menginfeksi dari subvarian ini jauh lebih kuat. Termasuk bisa menembus pertahanan tubuh dan imunitas. Rika Aerox Viral Twitter, Link Nya Dicari Sampai Doodstream dan Yandex
Hasil Klasemen Liga Inggris: Manchester City Terpeleset, Arsenal dan Liverpool Umbar Senyum Halaman all Profil dan Biodata Wiwin Dwi, Guru Muslim Lepas Gaji Rp 8 Juta Pilih Ngajar di SMA Kristen Bhaitani Surya.co.id Polisi Malaysia Tahan 53 WNI dalam Kasus Perdagangan Manusia
Jepang Hibahkan Kapal Patroli Senilai 9,53 Miliar Yen untuk Indonesia "Terutama di negara negara dengan kemampuan deteksi dini genom sikuensing yang masih dijaga ya. Seperti di negara maju umum seperti Eropa dan Amerika," papar Dicky lagi. Di sisi lain, Dicky mengungkapkan jika secara global, memang masih belum bisa dipastikan subvarian EU.1.1 bisa menjadi ancaman.
"Tapi prinsipnya adalah sekali lagi, semakin kita membiarkan virus ini menginfeksi ulang banyak orang, artinya kita mengundang banyak masalah," tegas Dicky. Mengundang lahirnya subvarian atau varian bari yang benar benar meniadakan efektiftas vaksin. "Ini yang bahaya karena bisa menyebabkan lonjakan kasus dengan keparahan atau kematian. Walau masih teoritis tapi bukan tidak mungkin terjadi, selama memberi peluang itu," kata Dicky menambahkan.
Lebih lanjut, Dicky mengingatkan jika meski belum melihat tanda serius dari kemunculan subvarian ini, setiap turunan Covid 19 cenderung semakin mengurangi efektifitas vaksin dan obat. "Booster Covid 19 menjadi penting. Terutama kelompok rawan," pungkasnya. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.